HimpunanMahasiswa Islam. 6.1 Pendiri dan Latar Belakang Berdirinya HMI. 6.2 Peran HMI ditengah-tengah pertarungan ideologi. 6.3 Komitmen ke-Islaman dan Kebangsaan sebagai Dasar Perjuangan HMI. 6.4 Dinamika Sejarah Perjuangan HMI Dalam Sejarah Perjuangan Bangsa (Fase-Fase Perjuangan HMI) 6.5 Kontribusi HMI bagi Agama dan Bangsa Indonesia di
Opini – Penulis pikir melihat HMI hanya dari keberhasilan-keberhasilannya saja sungguh sangat tidak fair, dan naif. Penulis juga merupakan kader HMI, kendati dimikian, itu tidak membuat penulis berada pada keberpihakannya terhadap HMI. Pada tulisan kali ini penulis mencoba melihat kembali HMI dengan kondisi objektif. Fase fase perjuangan HMI yang sering di katakan senior-senior, alumni, atau master of training ketika di forum forum perkaderan, bahkan ke obrolan obrolan non formal di lingkup kampus sampai ruang sekretariat, mengenai keberhasilan keberhasilan HMI dalam fase perjuangan nya memang membawa penulis kepada romantisme perjuangan HMI dari jaman ke jaman. Di sisi lain juga tidak dapat menafikan bahwa penulis sedikit terjebak pada romantisme perjuangan HMI dan memunculkan pertanyaan “Bagaimana HMI hari ini?”. Berbanding terbalik dengan keberhasilan nya di fase fase perjuangan, HMI sendiri masih mencokolkan budaya feodalistik sampai hari ini. Seperti ; ijin kanda dan tertib dinda. Lebih eksplisit nya ketika di tubuh himpunan mempersoalkan siapa yang lebih dulu melakukan LK-1 dan training- training formal lainnya di HMI, ia yang wajib memberikan intruksi dan memastikan ketertiban adik adik. Sebaliknya, ia yang baru lulus LK-1 harus tertib dan mengantri. Belum lagi ketika ada senior yang tiba tiba datang menjelang RAK Komisariat atau event-event kontestasi lain yang ada di hmi, kemudian sesudahnya kembali menghilang. Hal-hal demikian yang secara tidak langsung memangkas potensi juga kemauan kader yang ingin berproses dan menjadi sisi gelap HMI sebagai organisasi perkaderan. Untuk melihat kondisi HMI dewasa ini, seperti ditulis Agussalim Sitompul, dalam bukunya “44 Indikator Kemunduran HMI”, telah mengungkapkan secara gamblang kemunduran yang dialami HMI. Salah satu indikator kemunduran yang di kemukakannya dan masih relate dengan kondisi hari ini ialah ”Menurunnya peran HMI dalam gerakan-gerakan mahasiswa di tingkat regional maupun nasional dalam merespon berbagai tantangan”, keadaan dimana kita melihat HMI lamban merespon issue dan tantangan, atau tidak lagi melihat HMI sebagai fasilitator konsolidasi gerakan mahasiswa, alih alih menjadi fasilitator konsolidasi justru malah sebaliknya. Tidak lagi dapat mengintegrasikan diri dengan massa rakyat, apalagi membangun keberpihakannya terhadap yang tertindas, membawa HMI jauh dari akar rumput. Memudarnya “tradisi intelektual HMI”. Hemat penulis, indikator memudarnya tradisi intelektual HMI terletak pada konflik internal di tubuh organisasi, adanya dualisme antar kelompok dengan kepentingan yang berkelit kelindan, seakan akan himpunan hanya sebatas menjadi arena pertarungan antar kelompok saja dan mengesampingkan substansi serta arah perjuangan HMI. Lebih parahnya, kerap kali dalam tradisi intelektual HMI kader kadernya selalu di hadapkan dengan orientasi politik, yang penulis nilai sebagai bentuk telanjang dari pragmatisme. Hal hal demikian berimplikasi negatif juga berdampak panjang, baik pada tingkatan pengurus besar, cabang, bahkan sampai komisariat. Menjadi problem besar di tengah-tengah kemajemukan narasi HMI yang konon katanya kritis, dan hmi tertinggal dari misinya menciptakan “Muslim Intelegensia”. Nurkholis Madjid, memberikan peringatan keras terhadap HMI ketika menjelang kongres ke- 23 HMI di Balikpapan tahun 2002. Dalam peringatan itu mengatakan bahwa apabila HMI tidak bisa melakukan perubahan, lebih baik membubarkan diri. Peringatan itu sebagai shock therapy, dengan harapan, HMI dapat dan mampu melakukan perubahan terhadap dirinya yang banyak kalangan dipandang bahwa dalam tubuh HMI ditemukan berbagai kekurangan yang sifatnya negatif Baca Refleksi 63 Tahun Perjuangan Hmi Mendiagnosa Lima Zaman Perjalanan Hmi “Suatu Tinjauan Historis Dan Kritis Terhadap Fase-Fase Perjuangan Hmi” Dalam Menjawab Tantangan Masa Depan, Agussalim Sitompul. HMI hari ini tepatnya, sudah berumur 74 tahun sejak didirikannya, usia yang cukup tua. Setengah abad lebih HMI malang melintang di indonesia, yang seharusnya di imbangi dengan kontribusi dan karya kader kadernya dalam menghadapi jaman. Penulis teringat sebuah pernyataan dari Jurgen Moltmann “Berteologi adalah sebuah upaya berdialog dengan siapapun. Ia bukan sebuah upaya mengurung diri kepada pembebasan dari penindasan”. Semangat itu bukan hanya semangat berteologi, tapi juga menjadi semangat beragama, demikian hal nya dengan semangat ber-HMI. Pada akhirnya, ber-HMI bukan hanya sekedar “semangat mengikat diri” pada institusi stagnan, pada “nyamannya rumah”, atau pada “nyamannya dogmatika”. Tapi menjadi kesadaran juga semangat kolektif untuk membebaskan yang tertindas. Membangkitkan HMI dari persimpangan sejarah, menjadikan HMI yang mengintegrasikan dirinya dengan massa rakyat, HMI yang membangun keberpihakan terhadap kaum mustadh’afin, dan HMI yang merespon jaman. Tulisan ini sengaja di buat sebagai bentuk dedikasi terhadap organisasi yang sudah berusia senja ini, sebuah kritik untuk HMI dari penulis yang juga merupakan kader Himpunan Mahasiswa Islam. Doni Nuryana Penulis Doni HmI Cabang Ciputat Komisariat Fakultas Teknik Unpam Teruntuk pembaca setia Sabba “Semua harus ditulis, apa pun. Jangan takut tidak dibaca atau tidak diterima penerbit. Yang penting, tulis, tulis, dan tulis. Suatu saat pasti berguna” Pramoedya Ananta Toer Sejakdari berdirinya telah banyak melewati fase-fase perjuangan, mulai dari fase keemasan dan fase kemunduran sebagai bukti dalam kondisi apapun perkaderan di HMI tetap berjalan. Romantisme kejayaan pendahulu yang hanya tersimpan di dunia ide telah menimbulkan kemalasan dalam menjalani proses untuk seorang kader.

Sebelum materi ini dimulai, sapa terlebih dahulu peserta training, tanyakan kabar dan kondisi hari ini, serta kesiapan peserta untuk mengikuti proses training hari ini dan selanjutnya. Agar peserta training lebih segar dan siap mengikuti materi, buat sebuah ice breaker yang dapat menyegarkan kondisi peserta. Ice breaker yang dapat digunakan yakni HMI Setelah kelihatan segar dan mulai semangat, tanya ke peserta aktivitas apa yang akan dilakukan saat ini di forum. Untuk ini arahkan agar peserta mengutarakan keinginannya masing-masing. Setelah peserta mengutarakan 2-3 kegiatan yang berbeda maka eksplorasi dan arahkan agar peserta menyepakati penyampaian materi sebagai aktivitas selanjutnya. Setelah rata-rata menyepakati untuk penyampaian materi, maka tanyakan ke audiens materi apa yang akan dibahas, sekaligus mencari tahu kesiapan peserta mengenai materi dan relevansinya terhadap aktivitas training, dengan pertanyaan ”kenapa harus materi ini?” dan arahkan agar peserta menyepakati untuk masuk ke materi sejarah HMI. Setelah dieksplorasi dan disepakati bersama bahwa materi yang akan disampaikan adalah sejarah HMI Jelaskan bahwa hari ini sebelum kita mengkaji lebih lanjut tentang materi yang lain, kita terlebih dahulu harus mengetahui bahwa kita sekarang sedang mengikuti proses yang ada di HMI jadi agar kita mengetahui lebih dalam mengenai wadah yang kita ikuti ini maka kita haruslah mengetahui wadahnya tersebut, karena itu kita harus membahas tentang sejarah HMI, sebagai upaya mengetahui wadah yang sedang kita ikuti. Untuk memulai penyampaian materi eksplor kembali ke peserta apa itu sejarah, dan mafaat mempelajari sejarah dalam kehidupan. Setelah cukup tereksplor, uraikan bahwa menurut Ruslan Abdul gani, bahwasanya dalam mempelajari sejarah, kita membahasnya dalam tiga dimensi waktu yaitu – Masa lalu – Masa sekarang – Masa yang akan datang Jelaskan juga mengapa membahas sejarah harus melibatkan tiga dimensi waktu tersebut. 9. Setelah mengerti tentang sejarah dan dimensi pembahasannya, eksplorasi juga apa itu HMI?10. Setelah cukup maka, simpulkan bahwa forum ini akan membahas HMI khususnya pergerakannya dalam tiga dimensi waktu masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. 11. Setelah itu bagilah white board menjadi tiga sisi dan membaginya menjadi masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. 12. Setelah itu, masuki pembahasan HMI pada masa lalu, mulai dengan mengeksplor latar belakang berdirinya HMI. Setelah dieksplor jelaskan bahwasanya HMI lahir karena tiga hal besar yang melatarbelakangi berdirinya HMI yaitu Kondisi keumatan bangsa Indonesia Kondisi kebangsaan di Indonesia Kondisi kemahasiswaan di Indonesia 13. Setelah selesai menjelaskan latar belakang beridinya HMI tersebut maka selanjutnya eksplor sosok pendiri HMI dan dinamika pembentukan HMI. Setelah selesaikan jelaskan sosok Lafran Pane sebagai tokoh pendiri HMI dan jelaskan pula dinamika yang dialami Lafran Pane dan kawan-kawan dalam membentuk HMI. 14. Setelah itu uraikan pula kepada peserta fase-fase perjuangan HMI antara lain – Fase proses berdirinya HMI 1946-1947 – Fase berdiri dan pengokohan HMI 1947 – Fase perjuangan bersenjata & perang kemerdekaan dan menghadapi pemberotakan PKI 1947-1949 – Fase pembinaan dan pengembangan HMI 1950-1963 – Fase tantangan I 1964-1965 – Fase kebangkitan HMI sebagai pejuang orde baru dan pelopor angkatan ’66 1966-1968 – Fase partisipasi HMI dalam pembangunan 1969 – Fase pergolakan dan pembaharuan pemikiran HMI 1970-1998 – Fase reformasi 1998-2000 – Fase tantangan II 2000-sekarang 15. Setelah selesai dapat ditabulasi apa saja prestasi yang telah diukir di masa lalu, diantaranya – HMI mempunyai andil dalam pembentukan cendikiawan muslim Indonesia. – HMI memberikan Kontribusi dalam pembinaan generasi muda. – HMI memberikan sumbangsih dalam mempertahankan negara. – HMI memberikan sumbangsih dalam melawan PKI. – HMI turut mempelopori angkatan ’66. 16. Setelah selesai tanyakan ke peserta, apakah ada pertanyaan tentang materi ini. Kalau tidak ada lanjutkan pembahasan HMI pada masa sekarang ini. 17. Sebelum materi ini dilanjutkan, berikan ice breaker kembali kalau peserta terlihat jenuh, ice breaker yang digunakan adalah “tepuk HMI”. 18. Setelah itu dapat dilanjutkan, untuk pembahasan HMI pada masa kini, siapkanlah kertas HVS F4 sebanyak peserta dan bagikan kepada peserta sebanyak 2 lembar . 19. Setelah dibagi, jelaskan pada peserta untuk mengisi kertas tersebut, untuk kertas yang pertama diisi dengan kondisi HMI dari sisi positifnya untuk sekarang ini, dan untuk yang satu lagi diiisi dengan kondisi HMI dari sisi negatifnya tekankan untuk pengisian kertas dapat diisi dari apa yang pernah dialami atau dilihat dan dikomparasikan dengan kondisi HMI pada masa lalu yang telah disampaikan di awal. 20. Kemudian arahkan agar peserta melekatkan kertas tersebut di whiteboard yang telah disediakan. 21. Setelah selesai eksplor setiap kertas yang ada dan disortir kertas yang memiliki kesamaan maksud dan dipilih satu saja dari beberapa kertas yang sama. 22. Jika sudah selesai bandingkan mana kondisi yang sekarang lebih banyak dan lebih mewakili kondisi HMI saat ini. Sisi positif atau negatif. 23. Kalau yang lebih banyak sisi positifnya maka, bandingkan dengan kondisi HMI pada masa lalu apakah perjuangan HMI mengalami kemajuan atau kemunduran? 24. Kalau yang lebih banyak sisi negatifnya maka bandingkan dengan kondisi HMI pada masa lalu , apakah HMI mengalami kemajuan atau kemunduran?. 25. Kalau perjuangan HMI mengalami kemajuan di mana letak kemajuan HMI tersebut ? 26. Kalau mengalami kemunduran dimana letak kemundurannya? 27. Baik maju ataupun mundur tekankan kembali untuk dibandingkan dengan kondisi pada masa lalu, setelah selesai akhiri dengan membuat suatu kesimpulan tentang kondisi HMI pada masa sekarang ini. 28. Setelah selesai maka kini arahkan peserta untuk membahas HMI pada masa yang akan datang, maka untuk pembahasan ini kita saat ini hanya bisa merencanakannya untuk saat nanti. 29. Untuk merencanakannya jelaskan bahwa peserta dapat menganalisanya dengan mengggunakan kekuatan dan kelemahan yang ada pada saat ini, maka kertas yang – kertas yang memuat kondisi HMI pada masa sekarang ini dapat digunakan kembali . 30. Untuk itu gunakanlah salah satu metode dalam pembuatan sebuah pelaksanaan perubahan dalam proses perencanaan, salah satunya ialah dengan Metode FFA Force Field Analysis. Intinya dalam metode ini untuk melakukan perubahan atau peningkatan tentulah harus merubah status Quo yang ada, ada dua caranya yaitu – Meningkatkan kekuatan pendorong yang ada dan – Menurunkan kondisi yang menghambat 31. Setelah selesai maka eksplor dan jelaskan kepada peserta – Siapa yang membuat HMI ini maju atau mundur? – Untuk menentukan nasib HMI pada masa yang akan datang kapan kita dapat menentukannya? 32. Setelah itu jelaskan bahwasanya HMI pada masa yang akan datang akan ditentukan oleh anggota HMI yang pastinya anggota yang ada pada masa kini, bukan pada masa lalu atau masa yang akan datang, jadi tegaskan bahwa saya, anda, dan kita semua yang menentukan HMI ini ke depannya dan ini adalah sebuah amanah tersendiri untuk anggota yang ada pada saat ini. 33. Setelah itu tanamkan pada peserta untuk membuat proyeksi ke depan dengan teknis dapat menuliskannya di buku harian atau di badge nama, untuk proyeksinya peserta dapat mengisi dengan – Apa yang anda inginkan di HMI? – Apa yang akan anda lakukan di HMI hari ini, dan ke depannya untuk memperthankan dan memperbaiki HMI dalam bentuk konkrit? 34. Setelah itu jelaskan bahwa proyeksi tersebut mudah-mudahan mampu menjadi afirmasi positif bagi peserta dalam beraktivitas di HMI dan peserta sendirilah yang dapat mengevaluasinya. 35. Untuk mengakhiri materi ini, berikan QS. Al-Ahzab 33 72, eksplor dan jelaskan bahwa peserta merupakan orang-orang yang memiliki kemampuan untuk menerima amanah ini yakni memperbaiki HMI dalam mencapai tujuan HMI. 36. Jelaskan juga bahwa ketika menerima amanah ada orang yang menerima amanah dengan menjalankannya, itulah yang dikatakan beriman dan ada yang menolak dan mengingkari amanah terbut itulah mereka yang kafir terhadap amanah, karena itu suruh peserta untuk membuka Al-Anfal 8 55 37. Jelaskan kembali bahwasanya HMI itu adalah alat yang digunakan untuk berjuang, HMI yang hari ini beraktivitas belandaskan qur’an dan sunnah maka landasannya itulah yang harus diterapkan di HMI dan mewarnai HMI, karena itu dengan HMI mari kita majukan Islam dan ciptakan kondisi yang sesuai qur’an dan sunnah. 38. Tutup materi ini dengan sebuah pernyataan ”katakan saya yang ingin memajukan Islam dengan HMI” dan ”katakan saya yang ingin memajukan HMI” 39. Semangati audiens untuk mengatakan saya. 40. Tutup dengan salam dan serahkan forum ke pengelola yang lain.

6 Fase-fase perkembangan himpunan mahasiswa islam (HMI) dalam perjuangan bangsa Indonesia a. Fase konsilidasi perkembangan spiritual (1946 - 1947) Sudah diterangkan di atas. b. Fase pengkokohan (5 febuari 1947 - 30 november 1947) Selama kurang lebih 9 (Sembilan) bulan, reaksi-reaksi terhadap kelahiran HMI barulah berakhir. 1 PEDOMAN PERKADERAN HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM MUKADDIMAH Asyahadu alla illa ha illallah Wa Asyhadu anna Muhammadarrasulullah Aku Bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah Sesungguhnya Allah telah mewahyukan Islam sebagai ajaran yang hak dan sempurna untuk mengatur ummat manusia kehidupan sesuai dengan fitrahnya sebagai khalifah dimuka bumi. Sebagai khalifah, manusia dituntut mengejawantahkan nilai-nilai illahiyah dibumi dengan kewajiban mengabdikan diri semata-mata kehadirat-Nya. Menauladani Tuhan dengan bingkai pangabdian kehadirat-Nya melahirkan konsekuensi untuk melakukan pembebasan liberation dari belenggu-belenggu selain Tuhan. Dalam konteks ini seluruh penindasan atas kemanusiaan adalah thagut yang harus dilawan. Inilah yang menjadi subtansi dari persaksian primordial manusia Syahadatain. Dalam melaksanakan tugas kekhalifahannya, manusia harus tampil untuk melakukan perubahan sesuai dengan misi yang diemban oleh para Nabi, yaitu menjadikan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam. Rahmat bagi seluruh alam menurut Islam adalah terbentuknya masyarakat yang menjunjung tinggi semangat persaudaraan universal universal brotherhood, egaliter, demokratis, berkeadilan sosial social justice, dan berkeadaban social civilization, serta istiqomah melakukan perjuangan untuk membebaskan kaum tertindas mustadh'afin. HMI sebagai organisasi kader juga diharapkan mampu menjadi alat perjuangan dalam mentransformsikan gagasan dan aksi terhadap rumusan cita yang ingin dibangun yakni terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang dirindhoi Allah SWT. Dalam Aktivitas keseharian, HMI sebagai organisasi kader platform yang jelas dalam menyusun agenda, perlu mendekatkan diri pada realitas masyarakat dan secara intrens berusaha membangun proses dialektika secara obyektif dalam pencapaian tujuannya. Daya sorot HMI terhadap persoalan, tergambar pada penyikapan kader yang memiliki keperpihakan terhadap kaum tertindas mustadha'afin serta memperjuangkan kepentingan kelompok ini dan membekalinya dengan senjata ideologis yang kuat untuk melawan kaum penindas mustakbirin. Agar dapat mewujudkan cita-cita diatas, maka seyogyanya perkaderan harus diarahkan pada proses rekayasa pembentukan kader yang memiliki karakter, nilai dan kemampuan yang berusaha melakukan transformasi watak dan kepribadian seorang muslim yang utuh khaffah, sikap dan wawasan intelektual yang melahirkan kritisisme, serta orientasi pada kemampuan profesionalisme. Oleh karena itu untuk memberikan nilai tambah yang optimal bagi pengkaderan HMI, maka ada 3 tiga hal yang harus diberi perhatian serius, pertama, rekrutmen calon kader. Dalam hal ini HMI harus menentukan prioritas rekrutmen calon kader dari mahasiswa pilihan, yakni input kader yang memiliki integritas pribadi, bersedia melakukan peningkatan dan pengembangan yang terus menerus serta berkelanjutan, memiliki orientasi prestasi, dan memiliki potensi leadership, serta memiliki kemungkinan untuk aktif dalam organisasi. Kedua, proses perkaderan yang dilakukan sangat ditentukan oleh kualitas pengurus sebagai penanggung jawab perkaderan, pengelola latihan, pedoman perkaderan dan bahan yang dikomunikasikan serta fasilitas yang digunakan. Ketiga, iklim dan suasana yang dibangun harus kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan kualitas kader, yakni iklim yang menghargai prestasi individu, mendorong gairah belajar dan bekerja keras, merangsang dialog dan interaksi individu secara demokratis dan terbuka untuk membangun sikap krirtis yang menumbuhkan sikap dan pandangan futuristik serta menciptakan media untuk merangsang tumbuhnya sensifitas dan kepedulian terhadap lingkungan sosial yang mengalami ketertindasan. Untuk memberikan panduan guidence yang dilaksanakan dalam setiap proses perkaderan HMI, maka dipandang perlu untuk menyusun pedoman perkaderan yang merupakan strategi besar grand strategy perjuangan HMI dalam menjawab tantangan organisasi yang sesuai dengan setting sosial dan budaya yang berlaku dalam konteks zamannya.
Disini penulis merekomendasikan organisasi mahasiswa tertua di Indonesia yaitu Himpunan Mahasiswa Islam yang disingkat HMI. Ada 6 alasan kenapa kamu harus masuk HMI : 1. Di HMI kamu akan mempunyai banyak kesempatan untuk bertemu dengan orang - orang Hebat. Pada fase awal masuk HMI, kamu akan mengikuti Masa Perkenalan Calon Anggota (MAPERCA
Dibaca 72 OPINI, – Pada awal abad ke-20 dakwah Islam di Indonesia ditandai dengan munculnya organisasi-organisasi dakwah yang pada masa berikutnya berkembang menjadi organisasi masa ormas Islam di antaranya SyarIkat Islam Indonesia, Muhammadiyah, Al-Irsyad, Persatuan Islam Persis, Nahdhatul Ulama NU, Persatuan Umat Islam PUI, Persatuan Tarbiyah Islamiyah Perti, Mathla’ul Anwar, Jam’iyyah Al-Washliyah, Nahdhatul Wathan NW, Lembaga Dakwah Syarikat Islam IndonesiaLDSII dan sebagainya. Kalau dilihat secara negatif, munculnya organisasi-organisasi tersebut mencerminkan perpecahan umat Islam. Akan tetapi, bila kita melihatnya melalui cara pandang yang benar, maka kita akan melihatnya sebagai kekayaan dakwah Islam di Indonesia yang sangat luar biasa. Dakwah Islam adalah dakwah yang komprehensif, mencakup berbagai aspek dalam kehidupan manusia seperti ekonomi, kebudayaan, politik, sosial, pendidikan, pemikiran, dan sebagainya. Selain itu, dakwah pun harus menyentuh semua manusia di berbagai tempat. Demikian tuntutan dakwah Islam. Bila cara pandang ini kita gunakan untuk melihat lahir dan berkembangnya lembaga dakwah ormas-ormas Islam, maka kita akan mengerti bahwa keberadaan ormas-ormas tersebut memang dibutuhkan dalam konteks dakwah Islam di Indonesia, sebab setiap ormas lahir dengan kekhasan dakwah masing-masing. Kita lihat contoh-contoh gerakan masing-masing dengan mainstream gerakannya. Sekilas Sejarah HMI KORKOM IKIP JKT/UNJ HMI didirikan di Yogyakarta pada 5 Februari 1947 yang diprakarsai oleh Lafran Pane. HMI merupakan organisasi mahasiswa Islam yang pertama dalam sejarah bangsa Indonesia. Sejarah HMI menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah Indonesia dan umat Islam di Indonesia. Hal ini disebabkan karena sikap HMI yang memandang Indonesia dan Islam sebagai satu kesatuan integratif yang tidak perlu dipertentangkan. Bila membicarakan sejarah HMI maka tidak terlepas dari sejarah bangsa Indonesia itu sendiri. Sejarah HMI merupakan bagian dari sejarah bangsa Indonesia, dimulai dari mempertahankan kemerdekaan, penumpasan PKI pada masa Orde lama dan dilanjutkan sejarah Indonesia pada masa orde baru. Menurut Agussalim Sitompul dalam buku Sejarah dan Perjuangan HMI 1947-1975 menjelaskan bahwa latar belakang berdirinya HMI ada tiga faktor, yaitu Pertama, situasi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kedua, kondisi Indonesia. Ketiga, situasi dunia perguruan tinggi dan menurut Budi Riyoko, di samping tiga faktor di atas, terdapat satu faktor lain yang melatarbelakangi berdirinya HMI, yaitu situasi dunia saat ini HMI masih tetap hadir dan memberikan peranannya pada bangsa Indonesia. Dalam perjalanannya hingga sekarang, HMI mengalami dinamika perjuangan seperti yang diungkapkan oleh Agus Salim Sitompul dalam bukunya Sejarah Perjuangan HMI 1947-1975 dan diperbaharui dalam buku Historiografi HMI 1947-1995, menurutnya ada lima fase perjuangan HMI, yaitu 1 Fase Perjuangan Fisik 1947-1949 2 Fase Pertumbuhan dan Konsolidasi Bangsa 1949-1963 3 Fase Transisi Orde Lama dan Orde Baru 1963-1966 4 Fase Pembangunan dan Modernisasi Bangsa 1966-1998 5 Fase Pasca Orde Baru 1998-saat ini Sesuai dengan fase-fase tersebut, HMI di IKIP Jakarta tidak terlepas dari Jakarta sebagai Markasnya PB HMI, awalnya IKIP Jakarta bagian dari FKIP UI dan pada Tahun 1964 berdiri sendiri dengan nama IKIP JAKARTA dan kampusnya juga bersebelahan dengan UI Tahun, Ketua Umum PB HMI pernah menjabat Rektor IKIP Jakarta Noer aktivis HMI IKIP Jakarta yang juga angkatan 1966 seperti Arief Rachman,Basry Siregar, Asmaniar Sikumbang,Azis Ritonga dan generasi berikutnya tahun 1970-1980 an ada Zainal Abdin Urra,Kastolani,Fahmi Idris,Zaghlul Yusuf,Thamrin Abdullah,Muchlis R,Fuad Abdillah,Slamet Muhaimin,Achmad Ridwan, Ba’lawi Nuad, Ris Muhammad Tohbayu,Zainullah Muluk,Dharsono Sumarjo,Djaid, Prastowo Sidhi, Hud Sholeh,Farid Wajdi Shan dan Sampai dengan tahun 1990 hingga penulis selesai studi di IKIP Jakarta, HMI KORKOM IKIP JAKARTA/UNJ di telah berkembang menjadi 5 komisariat yakni FIP FPIPS Anwar M Ket. 1 Kom, FPBS Iwan K. Hamdan, Ket. Kom FMIPA Darojat Ket. Kom, FPTK Nursupriyanto Ket. Kom dan FPOK Raffles Hujar Ket. Kom. HMI dan Orde Baru Sebagai bagian yang ikut andil dalam proses kelahiran Orde Baru dengan bergabung dengan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia KAMI, ketiga organisasi mahasiswa Islam ini mengawali dengan optimis. Salah satu yang disuarakan oleh gerakan mahasiswa yang tergabung dalam KAMI adalah agar PKI dibubarkan, tuntutan itu dikabulkan oleh Orde Baru. Gerakan mahasiswa juga berharap banyak pada Orde Baru. Tetapi dalam perkembangannya, gerakan mahasiswa juga dikecewakan dengan berbagai kebijakan Orde Baru. Di antara kebijakan yang secara langsung bersinggungan dengan dunia mahasiswa antara lain 1. SK KOPKAMTIB No. 02/Kopkam/1978 yang isinya membekukan Dewan Mahasiswa. 2. Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0156/U/1978 yang melarang aktivitas mahasiswa di bidang politik dan hanya memperbolehkan diskusi-dikusi akademik di kampus. 3. Instruksi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi No. 002/DK/Ins/1978 yang menempatkan seluruh kegiatan mahasiswa berada di bawah kendali Pembantu Rektor III—yang dibantu oleh Pembantu Dekan III. Instruksi ini juga memutuskan pembentukan sebuah Badan Koordinasi Kampus BKK yang memberikan kewenangan bagi pimpinan kampus untuk memberi sanksi kepada aktivis mahasiswa atau membubarkan sebuah organisasi mahasiswa yang dianggap menggangu stabilitas politik, dan 4. Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 1/U/1978 dan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang menyatakan pembubaran Dewan Mahasiswa dan membatasi kegiatan mahasiswa hanya dalam aspek hobi, keilmuan, dan keterampilan. HMI Korkom IKIP Jakarta dan LDK Musholla Mahasiswa Mensikapi NKK/BKK, aktifis HMI IKIP Jakarta menjadikan ruang dakwah lebih dinamis di Musholla Mahasiswa sebagai unit kegiatan minat Kerohanian Islam Mahasiswa tingkat Institut dan Kerohanian Islam Tingkat Fakultas dan Jurusan/Prodi, yang penulis amati masa akhir tahun 1980-an dan awal 1990-an antara aktifis HMI IKIP Jakarta dan Musholla Mahasiswa IKIP Jakarta seperti dua sisi mata uang bersinergi menyuarakan dakwah Islam di kalangan mahasiswa, terlebih ikhtiar pemberantasan buta huruf Al-Qur’an dan Mentoring Agama Islam di kalangan Mahasiswa Islam dalam bentuk penguatan basis dan pengembangan wawasan keislaman di samping kegiatan rutin PHBI, Kajian Ramadlan In Campus. Pada fase ini singkat kata sinergi, penguatan manajerial dan kepemimpinan juga di gawangi HMI Korkom IKIP Jakarta dan aktifis Musholla Mahasiswa IKIP Jakarta di samping sering melaksanakan LDK,Intermediate Trainng , juga Coaching Instruktur kerjasama dengan Rayon RATU. HMI MPO di IKIP Jakarta Himpunan Mahasiswa Islam-Majelis Penyelamat Organisasi HMI-MPO merupakan organisasi utama dari Himpunan Mahasiswa Islam. Himpunan Mahasiswa Islam itu sendiri merupakan Organisasi Mahasiswa Islam terbesar di Indonesia. Penambahan istilah MPO ini lahir saat menjelang kongres HMI ke-16 yang diselenggarakan di Padang, Sumatera Barat pada tanggal 24-31 Maret 1986. HMI mengalami perpecahan internal sebagai akibat dari represi dari rezim Orde Baru yang memaksa penerapan Azas Tunggal Pancasila. HMI yang semula hanya berazaskan Islam terbelah menjadi dua kubu, yaitu antara kubu yang tetap mempertahankan azas Islam dengan kubu yang berusaha mengikuti perintah Presiden Soeharto mengubah azasnya menjadi Pancasila. Kubu yang tetap mempertahankan azas Islam dalam HMI kemudian menamakan diri dengan Himpunan Mahasiswa Islam-Majelis Penyelamat Organisasi disingkat HMI-MPO. Sedangkan kubu yang mengikuti perintah Presiden Soeharto sering disebut HMI-DIPO, dikarenakan Sekretariat Pengurus Besarnya yang berada di Jalan Diponegoro. HMI-MPO lebih senang menamakan diri sebagai HMI 1947, karena mengacu pada tahun pendirian Himpunan Mahasiswa Islam yang sejak awal menetapkan Islam sebagai azas organisasinya. Pada mulanya MPO merupakan nama sekelompok aktivis kritis HMI yang prihatin melihat HMI yang begitu terkooptasi oleh rezim orde baru. Kelompok ini merasa perlu bergerak untuk mengantisipasi intervensi penguasa pada HMI agar HMI mengubah azasnya yang semula Islam menjadi pancasila. Bagi aktivis MPO, perubahan azas ini merupakan simbol kemenangan penguasa terhadap gerakan mahasiswa yang akan berdampak pada termatikannya demokrasi di Indonesia. Untuk menyampaikan aspirasinya, mula-mula forum MPO ini hanya berdialog dengan PB pengurus besar HMI. Akan tetapi karena tanggapan PB yang terkesan meremehkan, maka akhirnya MPO melakukan demonstrasi di kantor PB HMI Jl. Diponegoro 16, Jakarta. Demonstrasi tersebut ditanggapi PB HMI dengan mengundang kekuatan militer untuk menghalau MPO. Beberapa anggota MPO ditangkap oleh aparat dengan tuduhan subversif. Akhirnya simpati dari anggota HMI mengalir dan gerakan ini menjadi semakin massif. Akhirnya dalam forum kongres di Padang pada tanggal 24-31 Maret 1986. HMI terpecah menjadi dua, yaitu HMI yang menerima penerapan asas tunggal HMI-DIPO dan HMI yang menolak asas tunggal HMI-MPO, dan tetap menjadikan Islam sebagai asas organisasi. Selanjutnya kedua HMI ini berjalan sendiri-sendiri. HMI DIPO eksis dengan segala fasilitas negaranya, dan HMI MPO tumbuh menjadi gerakan bawah tanah yang kritis terhadap kebijakan-kebijakan negara. Pada periode 90-an awal HMI MPO adalah organisasi yang rajin mengkritik kebijakan Rezim Orba dan menentang kekuasaannya dengan menggunakan sayap-sayap aksinya yang ada di sejumlah provinsi. Sayap aksinya yang terkenal antara lain adalah FKMIJ Forum Komunikasi Mahasiswa Islam Jakarta dan LMMY Liga Mahasiswa Muslim Yogyakarta di Jogyakarta tempat berkumpulnya para aktifis demokrasi LMMY merupakan sebuah organisasi masa yang disegani selain PRD dan SMID. Aksi solidaritas untuk Bosnia Herzegovina di tahun 1990 yang terjadi di sejumlah kampus merupakan agenda sayap aksi HMI MPO ini. Aksi demonstrasi menentang SDSB ke Istana Negara dan DPR/MPR pada tahun 1992 adalah juga kerja politik dua organ gerakan tersebut sebagai simbol melawan rezim. Aksi penolakan terhadap rezim orde baru di Jogyakarta merupakan bukti kekuatan HMI MPO dimana aksi 2 dan 3 April 1998 yang menjadi pemicu dari gerakan selanjutnya di Jakarta. Pada peristiwa pendudukan gedung DPR/MPR tanggal 18-23 Mei 1998, HMI MPO adalah ormas satu-satunya yang menduduki gedung tersebut di hari pertama bersama FKSMJ dan FORKOT yang kemudian diikuti oleh ratusan ribu mahasiswa dari berbagai universitas dan kota hingga Soeharto jatuh pada 21 mei 1998. Pasca jatuhnya Soeharto, HMI MPO masih terus demonstrasi mengusung gagasan perlu dibentuknya Dewan Presidium Nasional bersama FKSMJ. Tahun 1984-1986 Aktifis yang berperan menegaskan Islam sebagai Azas Perjuangan di HMI MPO di IKIP Jakarta seperti Slamet Muhaimin,Ba’lawi Nuad,Ris Mohammad Toh Bayu, Zainullah Muluk,Prastowo Sidhi dan yang lainnya. Mensikapi wacana Senat Mahasiswa Tinggi di acara Simposium yang di selengggarakan IKIP Jakarta Aktifis HMI Korkom IKIP Jakarta/Musholla Mahasiswa di Akhina Iwan Kusuma Hamdan,Endang Sidik Permana dan Muhammad Sholeh di kenal militansinya dengan menyumbangkan pemikiran walau beradu argumentasi dengan teman aktifis dari kelompok semar. Dalam kondisi kebijakan pemerintah yang tidak mendukung pada keleluasaan gerakan mahasiswa, muncul arus baru gerakan mahasiswa Islam yang dikenal dengan gerakan dakwah kampus, atau LDK yang menjadi organisasi formal atau intra kampus. Kehadiran LDK ini bersamaan dengan maraknya gerakan dakwah di kalangan umat Islam pada sekitar tahun 1980an. Gerakan dakwah kampus ini berkembang dengan pesat dan membentuk sebuah wadah bersama yang diberi nama Forum Silaturrahmi Lembaga Dakwah Kampus FSLDK, aktifis HMI Korkom IKIP Jakarta/Musholla Mahasiswa, turut membidani untuk wilayah Barat di Masjid Salman ITB 1988Hadir Bambang Setiawan,Achmad Sutrisno,Anwar Musadat,Raffles Huzar dan Deklarasi LDK Kampus Tingkat NasionalFSLDK Nara Sumber Noer dan Ustadz Abbas Aula di IKIP Malang/Unbraw Malang Jawa Timur Hadir Mohammad Sholeh,Endang Musadat dan Solichin Subekti Perkembangan LDK ini secara tidak langsung berpengaruh terhadap dinamika gerakan mahasiswa Islam yang ada sebelumnya, tetapi karena wilayah kerjanya berbeda LDK menjadi organisasi intra-kampus maka pengaruhnya tidak begitu signifikan terhadap organisasi seperti HMI, PMII, dan IMM organisasi ekstra-kampus. Di beberapa kampus, kehadiran LDK justru dijadikan mitra oleh organisasi ekstra kampus. FSLDK yang tumbuh berkembang sejak tahun 1980-an inilah melalui FSLKD menjelang tumbangnya Orde Baru membentuk wadah perjuangan bersama dan kemudian menjadi organisasi ekstra kampus bernama Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia KAMMI, dan pada tahap berikutnya LDK juga bisa dikaitkan dengan dibentuknya organisasi lain pada tahun 2004 bernama Gema Pembebasan. Kehadiran organisasi yang tumbuh pesat pada era refomasi ini mampu menggeser popularitas dan basis kampus yang telah didominasi oleh organisasi yang telah ada sebelumnya, pergeseran ini terutama terjadi di Perguruan Tinggi Negeri non agama, dan PTAIN, khususnya di fakultas atau jurursan eksakta. Kondisi politik yang bebas dan ekonomi yang makin baik menghadirkan kelas menengah baru di kota-kota yang mencari pegangan hidup, dalam hal ini Islam memberi jawaban praktis melalui pola dan karakter gerakan baru yang cenderung formalis dan praktis. Sebagai organisasi Islam, semua organisasi mahasiswa yang dibahas di sini memiliki corak atau karakter keislaman. Karakter atau corak keislamannya inilah yang berpengaruh bagi organisasi teresebut dalam meraih simpati mahasiswa. Organisasi-Organisasi yang telah lahir dan tumbuh sejak awal kemerdekaan Indonesia karena banyak terlibat langsung dalam dinamika sejarah Indonesia, maka karakter keisalamannya cenderung lebih kontekstual dan substansif. Tetapi kecenderungan baru umat Islam khususnya di kalangan mahasiswa yang muncul dan marak pasca reformasi membuat organisasi ini sedikit berkurang peminatnya. Relasi keagamaan organisasi lama terebut bisa dilacak pada dua organisasi Islam dominan lain di Indonesia, seperti NU dan Muhammadiyah. Sedangkan organisasi yang lahir belakangan, cenderung lebih normatif dan praktis, dan karakter keislaman yang dikembangkan bisa dilacak melalui relasi kultural keagamaan yang identik dengan gerakan Islam trans-nasional, seperti LDK dan KAMMI dengan Ikhwanul Muslimin dan Gema Pembebasan dengan Hizbut Tahrir. HMI dan Masa Depan Ummat/Bangsa Di setiap kesuksesan dalam sebuah pertempuran pasti ada syarat-syarat sukses yang terpenuhi. Begitu juga ketika mengalami kekalahan, pasti ada sebab. Sebabnya adalah tidak memenuhi syarat-syarat untuk sukses. Begitulah siklus hidup yang berlaku bagi individu maupun komunitas. HMI saat lahirnya sudah mendeklarasikan diri sebagai sebuah lembaga non profit, semua kadernya diberi beban yang sama. Melakukan proses perkaderan demi keberlangsungan lembaga ini di masa-masa yang akan datang. Banyak sekali organisasi yang bubar, kini hanya menyisakan puing sejarah akibat dari proses perkaderan yang tidak berjalan secara maksimal. Ini alasan yang kuat kenapa HMI masih ada, meskipun di setiap pergantian kepengurusan di tingkatan komisariat sampai PB selalu dinamis. Dengan berhasilnya HMI melewati setiap etape dinamis itulah kader-kadernya semakin teruji mentalnya di semua tingkatan pengabdian. Di setiap peringatan Milad HMI, semua kader dianjurkan untuk merefleksikan perjalanannya sejauh ini. Beban apa saja yang sudah dimenangkan, mengevaluasi sebab-sebab kekalahan. Memproyeksikan ulang agar kader HMI terus eksis di masa yang akan datang . Gerakan sosial di masyarakat adalah gerak untuk memperoleh pengakuan akan identitasnya. Sebab, pengakuan adalah salah satu kebutuhan mendasar manusia, kata Axel Honneth seorang filsuf Jerman. Pernyataan Honneth ini cukup kompatibel dengan semangat HMI dalam mengajarkan kader-kadernya untuk mengabdikan diri di semua sektor dan lapisan. Meskipun, terdapat beberapa kejadian yang mendistorsi semangat awal lahirnya HMI. Tapi secara umum, dinamika HMI adalah gerak agar diakui kontribusi konkritnya untuk ke-Islaman dan ke-Indonesian . Tahun 2021 HMI, sebuah usia yang matang akibat menempuh perjalanan yang tidak singkat. Jika dibanding dengan usia republik dan kontribusi HMI untuk mengisi kemerdekaan, kita belum terlalu jauh dalam mengayunkan langkah. HMI harusnya sudah melakukan imajinasi baru. Memulai sebuah mimpi yang diproyeksikan dengan sungguh-sungguh dan menjawabnya. Tantangan ke depan semakin besar, syarat-syarat untuk sukses juga semakin berat. Itulah sebabnya, satuan waktu yang kita gunakan untuk memproyeksikan kejayaan HMI di masa yang akan datang haruslah panjang. Jika kita menginginkan bangsa ini terus berjalan, HMI harus sudah berimajinasi melampaui usia bangsanya. Merancang agenda-agenda besar jangka panjang. Tahun 2012 Erdogan meletakkan tahapan penting dari keberhasilan ekonomi Turki sekarang. Dia berani melakukan transformasi besar-besaran di Turki, berpindah dari sistem Liberal Sekulerisme ke sistem yang lebih mendekati Islami. Merubah negara the sick man in ureopa yang penduduknya banyak miskin ini menjadi kaya raya. Erdogan membuat rencana yang lumayan setiap 5 tahun sekali. Sebelum Turki merubah kebijakan negaranya, terlebih dahulu mereka mengukur jarak mereka dengan negara-negara maju seperti Amerika dan negara-negara Eropa dalam bidang agama ,ekonomi, teknologi, dan militer. Jarak itulah yang dijadikan titik tolak untuk mengejar ketertinggalan. Tahun 2018 kemarin, Turki lakukan evaluasi atas rencana mereka dalam mengejar ketertinggalan yang sudah berjalan hampir setengah abad. Dan hasilnya, Turki yang tadinya adalah negara miskin itu kini bermetamorfosis menjadi sebuah kekuatan baru yang cukup disegani dunia. Pelajaran yang bisa diambil oleh HMI dari sebuah langkah besar yang dilakukan Erdogan di Turki adalah penggunaan satuan waktu yang panjang dalam merancang agenda besar HMI ke depan. Terutama dalam konteks mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. Rancangan agenda jangka panjang itu bertujuan agar HMI tidak berjalan di tempat. Pergantian kepengurusan tidak hanya siklus tahunan yang tidak menghasilkan apa-apa. Tapi momentum yang cukup strategis untuk memulai. Malik Ben Nabi seorang filsuf Aljazair mengatakan “keberhasilan besar dalam sejarah selalu berkaitan dengan besarnya gagasan sebagai pemicu keberhasilan tersebut”. Erdogan tidak hanya menggunakan satuan waktu yang besar, tapi juga dia cerdas meletakkan gagasan besarnya dalam menatap masa depan Turki yang kita lihat sekarang. Saat kita ingin mendeklarasikan bahwa HMI akan terus ada demi mewujudkan Al-Quran dan Sunnah Rasululloh . Kita mesti berfikir dalam satuan waktu yang panjang juga. Saat ini HMI adalah waktu yang tepat untuk merancang agenda besar dalam satuan waktu yang panjang. Dinamika internal mesti mendewasakan setiap kader. Riak-riak internal haruslah dimaknai sebagai bumbu penyedap dari suatu masakan yang hendak matang. Kita harus sudah selesai secara internal. Agar agenda besar jangka panjang bisa dirancang secara bersama-sama. Dari harapan itulah yang mendorongnya mendeklarasikan sebuah organisasi yang merepresentasikan mahasiswa islam meskipun mendapatkan tantangan dimana-mana. Sebagai kader, kita semua harus bertanggungjawab dalam merawat harapan yang diberikan pendiri-pendiri HMI. Syarat untuk sukses dan tetap bertahan relatif masih kita pertahankan, yaitu dengan terus adanya perkaderan di tingkatan yang paling bawah. Tapi, kita tidak boleh berjalan di tempat tanpa memikirkan alternatif jalan yang lebih cepat untuk sukses. Membuat proyeksi jangka panjang agar kita tidak tampak berjalan di tempat. “Seorang jenderal yang kuat dengan pasukan yang lemah atau seorang jenderal yang lemah dengan pasukan yang kuat adalah pertanda kekalahan.” Begitu kata Sun Tzu. Antara anggota di lapisan paling bawah dan kader-kader yang diberi amanah berada di posisi-posisi struktural di tingkatan paling atas sampai bawah mesti saling bersimbiosis. Kita harus kuat semunya, tantangan ke depan bagi HMI semakin besar dan menantang. Baru-baru ini di Malaysia dilangsungkan sebuah pertemuan yang inisiatifnya datang dari Mahatir, Erdogan dan Imran dari Pakistan. Konklusi dari pertemuan itu kira-kira ingin mengeluarkan dunia Islam dari keterpurukan. Memang benar, secara empiris dapat kita lihat bahwa hampir seluruh konfilik kemanusiaan di dunia saat ini terjadi di dunia Islam, korbannya tentu ummat Islam juga. Belum lagi gerakan islamophobia yang sudah semakin mewabah bukan hanya di dunia barat tapi juga merangsak masuk ke negara-negara Asia, India, Myanmar, China adalah contohnya dan masih banyak negara Asia yang lain. Organisasi Konferensi Islam OKI yang semestinya berperan aktif dalam memproteksi kepentingan ummat Islam justru tidak berdaya dibawah agresi meliter yang dilakukan barat atas dunia Islam. HMI tidak boleh terlalu lama hidup di pinggir sejarah, realitas hari ini mendesak kita untuk keluar dan lebih bermanfaat lagi. Bukan hanya untuk ummat dalam negeri, tapi juga berguna bagi dunia. Ini adalah saat yang tepat dalam mewartakan penghapusan penjajahan di atas dunia. Dengan Islam , HMI mesti hadir sebagai duta untuk perdamaian dunia. Masa depan bangsa atau dunia dalam cakupan yang lebih besar ada di tangan anak-anak muda. HMI sebagai organisasi yang diisi anak-anak muda yang cerdas sudah saatnya membuat sebuah lompatan jauh. Sambil memenuhi persyaratan-persyaratan untuk sukses dalam menuntaskan tanggung jawab keummatan dan kebangsaan. HMI adalah gerakan peradaban, elemen penting dari kebudayaan Indonesia. Terima atau tidak, HMI begitu banyak meninggalkan sidik jari bagi perkembangan sejarah Indonesia. Para pendiri dan angkatan awal adalah para ideolog yang meletakkan dasar betapa pentingnya kader harus terdistribusi secara proporsional ke semua sektor. Orientasi perkaderan HMI sudah saatnya dirancang untuk melahirkan kader yang dapat mengisi sektor-sektor yang mengalami defisit. Menjadi pengusaha contohnya, padahal ini juga profesi yang sangat penting dalam menopang terwujudnya masyarkat adil makmur. Meskipun ada satu atau dua organisasi internal yang dibentuk dalam rangka mewadahi alumni-alumni yang berprofesi pengusaha. Belum ada progres yang berarti ke akar rumput komisariat-komisariat. Menjadikan HMI visioner adalah bahagian penting proyeksi masa depan. Agar kita tidak lagi mengandalkan proposal dalam setiap penyelanggara kegiatan. Langkah yang demikian ini, juga bahagian dari mengeluarkan HMI dari keputusan-keputusan organisasi yang kerap mendapatkan intervensi dari luar. Caranya adalah, ke depan kurikulum perkaderan kita haruslah dipikirkan ulang, agar kader tidak hanya menumpuk di satu profesi Peradaban dunia terus bergerak, tepat seperti diutarakan Samuel Huntington. Peradaban seumpama patahan lempeng tektonik yang terus bergeser dan pada waktunya berbenturan satu sama lain sehingga menimbulkan guncangan hebat. Sudah saatnya HMI mempersiapkan kader-kadernya menghadapi tantangan global. Kader perlu juga di dorong untuk melanjutkan studi ke manca negeri. Agar setelah pulang dapat memberikan khasanah baru bagi perkembangan ilmu pengetahuan di dalam negeri. Rosulullah dengan tepat mendiagnosa kekalahan dan akibat-akibat kekalahan di perang Uhud itulah pasukan Islam selalu menang di peperangan-peperangan setelahnya. Masa depan HMI, kesuksesan hanya akan kita raih jika kita betul-betul memenuhi sebab-sebab agar sukses. Catatan Dakwah di IKIP JKT/UNJ, respon pasca Sillaturrahiem Alumni HMI MPO IKIP Jakarta/UNJ, 8 Juni 2021 di Masjid Kampus Attaqwa Rawamangun Jakarta Tmur Anwar Musaddad, Alumni HMI Pengalaman Organisasi Ketua I HMI Komisariat FPIPS IKIP Jakarta 1986 – 1987 Sekretaris Umum Lembaga Dakwah Kampus LDK MM IKIP Jakarta 1989 – 1990 Kabid I Lembaga Dakwah Kampus LDK MM IKIP Jakarta 1988 – 1989 Koor. PHBI Lembaga Dakwah Kampus LDK MM IKIP Jakarta 1987-1988 Mide Formatur HMJ Sejarah/Ketua DEPSOSPEN HMJ Sejarah FPIPS IKIP Jakarta 1986-1987 Pengalaman Pelatihan Mental Training Lembaga Dakwah Kampus LDK MM IKIP Jakarta 1985 Basic Training– Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Jakarta 1986 Basic Training Senat Mahasiswa FMIPA IKIP Jakarta 1987 Intermediate Training – Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Jakarta 1988 Coaching Instruktur – Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Jakarta 1988 DAFTAR PUSTAKA Abdul Aziz, Politik Islam Politik Pergulatan Ideologis PPP Menjdi Partai Islam, Yogyakarta Tiara Wacana, 2006. , Varian-Varian Fundamentalisme Islam di Indonesia, Jakarta Diva Pustaka, 2006. Abdul Munir Mulkhan, Perubahan Perilaku Politik dan Polarisasi Umat Islam 1965-1987 Dalam Perspektif Sosiologis, Jakarta Rajawali Press, 1991. Adi Surya Culla, Patah Tumbuh Hilang Berganti Sketsa Pergolakan Mahasiswa dalam Politik dan Sejarah Indonesia 1908-1998, Jakarta Rajawali Press, 1999. Agussalim Sitompul, Menyatu dengan Umat Menyatu dengan Bangsa Pemikiran Keislaman – Keindonesiaan HMI 1947 – 1997, Jakarta Logos, 2002. Sejarah Perjuangan HMI Tahun 1947-1975, Surabanya Bina I lmu, 1976. Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah 1,Bandung Salamadani, cet. V, 2012. Ahmad Syafii Maarif, Politik Identitas dan Masa Depam Pluralisme Kita, Jakarta Yayasan Abad Demokrasi, Edisi Digital, 2012. Ahmad Syafii Mufid Ed., Perkembangan Paham Keagamaan Trans-nasional di Indonesia, Jakarta Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2011. Ajib Purnawan, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Bersaksi di Tengah Badai Catatan Kritis Sejarah Kelahiran IMM Melawan Komunisme, Yogyakarta Buku Panji, 2007. Andi Rahmat dan Muhammad Najib, Gerakan Perlawanan dari Masjid Kampus,Surabaya Pustaka Saga, 2015. Asad Said Ali, Negara Pancasila Jalan Kemaslahatan Berbangsa, Jakarta LP3ES, 2009. Azyumazdi Azra, Menuju Masyarakat Madani Gagasan, Fakta dan Tantangan, Bandung Remaja Rosdakarya, 2000. Azyumardi Azra, Jajat Burhanuddin, Taufk Abdullah Ed., Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia Institusi dan Gerakan, Jakarta Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015. Bachtiar Effendy, Islam dan Negara Transformasi Gagasan dan Praktek Politik Islam di Indonesia. Edisi Digital. Jakarta Yayasan Abad Demokrasi, FASEFASE PERKEMBANGAN SEJARAH HMI. 1. Fase Konsolidasi Spiritual (1946-1947) Sudah diterangkan diatas 2. Fase Pengokohan (5 Februari 1947 - 30 November 1947) Fase Perjuangan Bersenjata (1947 - 1949) Seiring dengan tujuan HMI yang digariskan sejak awal berdirinya, maka konsekuensinya dalam masa perang kemerdekaan, HMI terjun kegelanggang
BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Sejarah Perjuangan HMI Sejarah"Pelajaran dan pengetahuan tentang perjalanan masa lampau umat manusia mengenai apa yang dikerjakan, dikatakan dan difikirkan oleh manusia pada masa lampau untuk menjadi cerminan dan pedoman berupa pelajaran, peringatan, kebenaran bagi masa kini dan masa yang akan datang". Perjuangan "suatu kesungguhan disertai usaha yang teratur tertib dan berencana untuk mengubah kondisi buruk menjadi baik". HMI adalah kepanjangan dari Himpunan Mahasiswa Islam. B. Tujuan Mempelajari sejarah Perjuangan HMI Untuk meninjau dan meneliti secara sistematis dengan penuh kritis masa yang lalu agar dapat dijadikan cerminan dan pedoman masa kini sehingga dapat ditetapkan arah perjuangan masa mendatang. C. Organisasi sebagai alat berjuang dan tempat beramal QS. Ali Imron104 Menyeru kepada kebaikan/Islam dan mencegah kemunkaran adalah kewajiban setiap muslim. Maka HMI sebagai organisasi yang bercirikan Islam merupakan alat untuk mengajak kepada kebaikan wajib pula ada. BAB II TINJAUAN HISTORIK A. Lafan Pane dan hubungannya dengan HMI Lafran pane adalah tokoh pendiri utama HMI sehingga HMI tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan Lafran Pane. B. Latar Belakang munculnya Pemikiran Berdirinya HMI Penjajahan Belanda atas Indonesia dan tuntutan perang kemerdekaan. Adapun dampak penjajahan adalah sbb Aspek Politik seluruh rakyat RI menjadi objek jajahan dan kehilangan kedaulatannya. Aspek pemerintahan dengan diciptakannya Gubernur jenderal sebagai perwakilan pemerintah belanda dan Jayakarta - Batavia menunjukkan bahwa Indonesia berada di bawah pemerintahan hindia belanda. Aspek Hukum pelaksanaan hukum bertentangan dengan kondisi sosiologis orang-orang Islam diperlakukan diskriminatif dan Belanda selalu diuntungkan Aspek pendidikan kebijakan pemerintah belanda menempatkan Islam sebagai saingan. Aspek Ekonomi dengan pembentukan VOC 1902 merupakan momentum penguasaan ekonomi Indonesia oleh Belanda dan Gubernur Van Den Bosh memakai Pola Tanam Paksa cultuurstelsel untuk komoditi ekspor. Aspek kebudayaan munculnya aliran budaya secara bebas dan bersaing. Aspek keagamaan Belanda membawa misi agama nasrani Berkembangnya faham dan ajaran komunis Berawal dari ISDV Indische Social Democratische Vereeniging 1914 yang berhasil mendekati SI sehingga SI terpecah belah. Pada tgl 23 Mei 1920 ISDV berganti nama menjadi PKI dengan Semaun dan Darsono sebagai Presiden dan Wapres. Faham komunis dikembangkan melalui PMY dan SMY yang berhaluan komunis. Kedudukan perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan yang strategis, dilihat dari sudut Secara akademik Perguruan Tinggi akan mencetak para sarjana, intelektual dan calon pemimpim bangsa, calon dosen, guru, praktisi dll. Dari segi kelembagaan Perguruan Tinggi merupakan pusat kebudayaan, pembaharuan dan kemajuan Dari segi kegiatan intra dan ekstra kemahasiswaan menjadi ajang pembentukan kader di kalangan mahasiswa. Kebutuhan akan pemahaman, penghayatan keagamaam PMY dalam aktivitasnya tidak memperhatikan kepentingan mahasiswa beragama Islam. Dengan tidak tersalurnya aspirasi keagamaan mayoritas mahasiswa di Yogyakarta merupakan alasan kuat bagi mahasiswa yang beragama untuk mendirikan organisasi mahasiswa sendiri terpisah dari PMY. Gerakan untuk memunculkan sebuah organisasi mahasiswa Islam untuk menampung aspirasi mahasiswa akan kebutuhan pengetahuan, pemahaman, penghayatan keagamaan yang aktual muncul di akhir November 1946 secara organisatoris di awal februari 1947 dengan berdirinya HMI. Kemajemukan Bangsa indonesia Kemajemukan Indonesia dalam segala aspek-suku, agama, ras, golongan serta dalam aspek agama, budaya, politik dan tingkat pengetahuan yang juga dimiliki umat Islam Munculnya Polarisasi Politik Sebelum HMI berdiri tahun 1947, suasana politik RI mengalami polarisasi politik antara pihak pemerintah dipelopori partai sosialis dan pihak oposisi yang dipelopori Masyumi, PNI dan Persatuan Perjuangan Tan Malaka. Pihak pemerintah menitikberatkan perjuangan memperoleh pengakuan kemerdekaan dengan perjuangan diplomasi sedang pihak oposisi menekankan pada perjungan bersenjata. Polarisasi politik ini berpengaruh membawa masyarakat mahasiswa. Tuntutan Modernisasi dan tantangan Masa Depan Timbulnya gerakan pembaharuan baik di dunia Islam dan di Indonesia, karena tuntutan kepada pembaharuan sebagai kebutuhan untuk menjawab berbagai persoalan yang muncul, disebabkan adanya kemunduran dan keterbelakangan, maupun menghadapi perkembangan baru sebagai akibat dari kemajuan IPTEK. Pembaharuan dalam arti modernisasi merupakan kebutuhan manusia yang tidak dapat dielakkan, karena modernisasi merupakan bagian dari kehidupan manusia. BAB III BERDIRINYA HMI A. Deklarasi Berdirinya HMI, arti dan makna 5 Februari 1947 HMI berdiri/dideklarasikan pada hari rabu tanggal 14 Rabiul awal 1366 H bertepatan dengan 5 Februari 1947, di salah satu ruangan kuliah STI dengan tokoh utama pendirinya adalah Lafran Pane mahasiswa STI tingkat I bersama mahsiswa STI lainnya. B. Di sekitar kelahiran HMI Tujuan HMI ketika pertama berdiri Mempertahankan negara RI dan mempertinggi derajat rakyat indonesia. Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam Tujuan HMI saat ini Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terbentuknya masyarakat adil makmur yang diridloi Allah SWT. Karakteristik HMI karakteristik sesuatu yang sejak awal berdirinya sudah melekat Berasaskan Islam ,dan bersumber pada Al Qur'an serta As Sunah Berwawasan keindonesiaan dan kebangsaan Bertujuan, terbinanya lima kualitas insan cita Bersifat independen Berstatus sebagai organisasi mahasiswa Berfungsi sebagai organisasi kader Berperan sebagai organisasi perjuangan. Bertugas sebagai sumber insansi pembangunan bangsa. Berkedudukan sebagai organisasi modernis. C. Tokoh-tokoh Pemula HMI Pemrakarsa/pendiri HMI adalah Lafran Pane, Karnoto Zarkasyi, Dahlan Husein, Maisssaroh Hilal, Suwali, Yusdi Ghozali, Mansyur, Siti Zainah, M. Anwar, Hasan Basri, Marwan, Zulkarnaen, Tayeb Razak, Toha Mashudi dan Badron Hadi. D. Faktor Penghambat Dari Persyerikatan Mahasiswa Yogyakarta PMY Dari Gerakan Pemuda Islam Indonesia GPII Dari Pelajar Islam Indonesia PII BAB IV FASE-FASE PERJUANGAN HMI DAN RELEVANSINYA DENGAN PERJUANGAN BANGSA A. Fase Konsolidasi Spiritual dan Proses berdirinya HMI November 1946-4 Februari 1947 B. Fase Berdiri dan Pengokohan 5 Feb 1947 - 30 Nov 1947 Dalam rangka mengokohkan eksistensi HMI Maka diadakan berbagai aktivitas untuk popularisasi organisasi dengan mengadakan ceramah-ceramah ilmiah, rekreasi, malam-malam bidang organisasi didirikan cabang-cabang baru seperti Klaten, Solo dan Yogyakarta. C. Fase perjuangan bersenjata dan perang kemerdekaan, serta menghadapi penghianatan I PKI 1947-1949 Untuk menghadapi pemberontakan PKI Madiun 18 September 1948, Ketua PPMI/ Wakil Ketua PB HMI Ahmad Tirto Sudiro membentuk Corps Mahasiswa CM, dengan komandan Hartono Wakil Komandan Ahmad Tirto Sudiro, ikut membantu pemerintah menumpas pemberontakan PKI di Madiun, dengan mengerahkan anggota CM ke gunung-gunung memperkuat aparat pemerintah. Sejak itulah PKI menaruh dendam pada HMI. D. Fase pembinaan dan pengembangan organisasi 1950-1963 Sejak tahun 1950 dilaksanakan konsolidasi organisasi sebagai masalah besar dan pada bulan juli 1950 PB HMI dipindahkan dari Yogya ke Jakarta. Diantara usaha-usaha yang dilaksanakan selama 13 tahun yaitu pembentukan cabang-cabang baru, menerbitkan majalah media, 7 kali kongres, pengesahan atribut HMI sebagai lambang, bendera, muts, Hymne HMI, merumuskan tafsir azas HMI, pembentukan Badko, menetapkan metode training HMI, pembentukan lembaga -lambaga HMI. Dibidang ekstern pendayagunaan PPMI, Menghadapi Pemilu I 1955, Penegasan independensi HMI, mendesak pemerintah supaya mengeluarkan UU Perguruan Tinggi, pelaksanaan pendidikan agama sejak dari SR sampai Perguruan Timggi dll. E. Fase Tantangan Setelah Masyumi dan GPII berhasil dipaksa bubar, maka PKI menganggap HMI sebagai kekuatan ketiga umat islam. Maka digariskan Plan 4 tahun PKI untuk membubarkan HMI, dimana menurut plan atau rencana itu HMI harus bubar sebelum Gestapu/PKI meletus. Dendam kesumat PKI terhadap HMI, menempatkan HMI sebagai organisasi yang harus dibubarkan karena dianggap sebagai penghalang bagi tecapainya tujuan PKI. Sementara itu HMI berhasil mengadakan konsolidasi organisasi, dimana HMI tampil sebagai organisasi yang meyakinkan Tujuan dan target pembubaran HMI adalah untuk memotong kader-kader umat islam yang akan dibina oleh HMI. Untuk membubarkan HMI dibentuklah panitia aksi pembubaran HMI di Jakarta GMNI, IPPI, GERMINDO, GMD, MMI, CGMI dll. Menjawab tantangan tersebut, Generasi Muda Islam yang terbentuk tahun 1964 membentuk panitia solidaritass pembelaan HMI. Dalih Pengganyangan terhadap HMI berupa fitnah dan hasutan sejak dari yang terbaik sampai yang terkeji, HMI dikatakan anti Pancasila, anti UUD 1945, anti PBR Soekarno dan lain-lain. Dukungan dan pembelaan terhadap HMI walaupun HMI dituntut dibubarkan oleh PKI,CGMI dan segenap kekuatan dan simpatisannya, namun para pejabat sipil maupun militer para pimpinan organisasi dan mahasiswa serta tokoh islam turut membela dan mempertahankan hak hidup kebijaksanaan Panglima Besar Kotrar Presiden Soekarno dengan surat keputusan tanggal 17 September 1965, HMI dinyatakan jalan terus. Strategi HMI Menghadapi PKI menggunakan PKI Pengamanan, Konsolidasi, Integrasi Anti klimaks Gestapu meletus, ketajaman politik HMI telah mencium bahwa pemberontakan tersebut dilakukan PKI. PB HMI menghadap Pangdam V Jaya Mayor Jendja Umar Wira Hadi Kusumah dan menyatakan Pemberontakan itu dilakukan oleh PKI, HMI menuntut supaya PKI dibubarkan, Karena pemberontakaitu menyangkut masalah politik ,maka harus diselesaikan secara politik, HMI akan memberikan bantuan apa saja yang diperlukan pemerintah untuk menumpas pemberontakan Gestapu PKI. F. Fase kebangkitan HMI sebagai pejuang Orde Baru dan pelopor kebangkitan angkatan '66 1966-1968 Tanggal 1 Oktober 1965 adalah tugu pemisah antara orde lama dengan orde baru. Apa yang disinyalir PKI, seandainya PKI Gagal dalam pemberontakan HMI akan tampil kedua kalinya menumpas pemberontakan PKI betul-betul terjadi. Wakil ketua PB HMI Mar'ie Muhammad tanggal 25 Oktober 1965 mengambil inisiatif mendirikan KAMI Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia. Tritura 10 Januari 1966 Bubarkan PKI, retool kabinet, turunkan harga. Kemudian Dikeluaarkan Surat Perintah Sebelas Maret pada tanggal 12 Maret PKI dibubarkan dan dilarang. Kabinet Ampera teerbentuk. Alumni HMI masuk dalam kabinet, dan HMI diajak hearing dalam pembentukan kabinet. G. Fase partisipasi HMI dalam pembangunan 1969-sekarang Setelah Orde baru mantap dimulailah rencana pambangunan lima tahun oleh pemerintah. HMI sesuai dengan lima aspek telah memberikan sumbangan dan partisipasinya dalam pembangunan 10 Partisipasi dalam pembentukan suasana, situasi dan iklim yang memungkinkan dilaksanakannya pembangunan, 20 partisipasi dalam pemberian konsep-konsep dalam berbagai aspek pemikiran, 30 partisipasi dalam bentuk langsung pembangunan. H. Fase kebangkitan intelektual dan pergolakan pemikiran 1970-1994 Pada tahun 1970 Nurcholis Majid menyampaikan ide pembaharuan dengan topik Keharusan Pembaharuan pemikiran dalam islam dan masalah integrasi umat. Sebagai konsekuensinya di HMI timbul pergolakan pemikiran dalam berbagai substansi permasalahan timbul perbedaan pendapat, penafsiran dan interpretasi. Hal ini tercuat dalam bentuk seperti persoalan negara islam, islam kaffah, sampai pada penyesuaian dasar HMI dari Islam menjadi Pancasila. I. Fase Reformasi 1995-sekarang Secara historis sejak tahun 1995 HMI mulai melaksanakan gerakan reformasi dengan menyampaikan pandangan dan kritik kepada pemerintah. Sesuai dengan kebijakan PB HMI, bahwa HMI tidak akan melakukan tindaka-tindakan inkonstitusional dan pertama disampaikan Yahya Zaini Ketum PB HMI ketika menyampaikan sambutan pada pembukaan Kongres XX HMI di Istana Negara Jakarta tanggal 21 Januari 1995. Kemudian pada peringatan HUT RI ke-50 Taufik Hidayat Ketua Umum PB HMI menegaskan dan menjawab kritik-kritik yang memandang HMI terlalu dekat dengan kekuasaan. Bagi HMI kekuasaan bukan wilayah yang haram. Pemikiran berikutnya disampaikan Anas Urbaningrum pada peringatan Dies Natalis HMI ke-51 di Graha Insan Cita Depok tanggal 22 Februari 1998 dengan judul urgensi "reformasi bagi pembangunan bangsa yang bermarbat". BAB V MASA DEPAN HMI, TANTANGAN DAN PELUANG Kritikan terhadap HMI datang dari dalam maupun dari luar HMI. Kritikan itu sangat positif karena dengan kritikan HMI akan mengetahui kekurangan dan kesalahan yang diperbuatnya sehingga dapat diperbaiki untuk masa yang akan terhadap HMI berupa Independensi HMI, Kerja sama dengan militer, Sikap HMI terhadap Komunis,Tuntutan negara islam, adaptasi nasional, Dukungan terhadap rehabilitasi Masyumi,Penerimaan Pancasila sebagai satu-satunya azas, Adaptasi rasional dan lain-lain. Melalui Kritikan itu Banyak pihak menilai kredibilitas HMI mengalami kemunduran. Untuk memulihkan kredibilitas tersebut, M Yahya Muhaimin Pada kongres XX mengemukakan konsep Revitalisasi, Reaktualisasi, Refungsionalisai, Restrukturisasi. Anas Urbaningrum memberi terapi dengan Politik etis HMI, Peningkatan visi HMI,Intelektualisasi, penguasaan basis dan modernisasi organisasi. Untuk mencapai tujuan HMI pelu dipersiapkan suatu kondisi sebagai modal untuk merekayasa masa depan sesuai dengan 5 kualitas insan cita HMI. Tantangan yang dihadapi HMI dan bangsa Indonesia sangat kompleks tetapi justru akan menjadi peluang yang sangat baik untuk memperjuangkan cita-cita nya sehingga menjadi kenyataan. BAB VI PENUTUP Dengan mengetahui sejarah masa lampau dapat diketahui kebesaran dan semangat juang HMI. Hal tersebut merupakan tonggak bagi HMI untuk meneruskan perjuangan para pendahulunya pada masa kini dan menuju hari esok yang lebih baik. Mempelajari HMI tidak cukup dengan mengikuti Training formal. Tetapi mempelajari dan menghayati HMI harus dilakukan secara terus menerus tanpa batas kapan dan di manapun. Dengan cara seperti itulah pemahaman dan penghayatan akan nilai-nilai HMI dapat dilakukan secara utuh dan benar. Artikel Terkait LAH
NilaiDasar Perjuangan (NDP) 1. Sejarah Perumusan NDP. Sampai pada fase perjuangan HMI dalam transisi orde lama dan orde baru, pedoman perjuangan HMI yang mendasar dan sistematis belum ada, setelah fase berikutnya baru disusun Nilai Dasar Perjuangan HMI, yang pada Kongres XVI HMI di Padang tahun 1986 pernah berubah nama menjadi Nilai Identitas
7. Fase-fase Perkembangan HMI Fase Pengokohan 5 Februari s/d 30 November 1947 Upaya yang dilakukan untuk memperkenalkan dan mengembangkan HMI waktu itu antara lain Cerama-cerama ilmiah dari pemimpin-pemimpin terkemuka Memanfaatkan kongres PPMI di Malang pada tanggal 8 Maret 1947 untuk mencari dukungan HMI dari luar daerah. Berdirinya HMI cabang Klaten, Solo dan Malang. Mendukung dalam kepengurusan PB HMI mahasiswa seperti lulusan STI seperti Mintateja mahasiswa FK UGM, kemudian muncul wajah baru, Achmad Tirto Sudiro, Ushuludin Hutangalung dan lain-lain. Fase Perjuangan Bersenjata 1947-1949 Tanggal 25 Maret 1947 ditandatangani perjanjian Linggarjati antara Belanda dan Indonesia Tanggal 21 Juli 1947, Agresi Kolonial I, HMI bersama pemerintah dan rakyat melaqkukan perlawanan Tanggal 17 januari 1948, terjadi perjanjian Renvil, HMI bersama Masyumi tidak menyetujui Tanggal 18 September 1948 terjadi teror berdarah di Madiun oleh PKI melalui PPMI, HMI membentuk koprs mahasiswa dengan inti kesatuan tempur HMI yang berjuang bersama tentara siliwangi Jawa Barat melawan PKI. Dan pada saat itu pula, kekuatan yang dilancarkan “Ikrar 17 Agustus 1945” dalam tubuh umat Islam. Maka untuk mecakup semua lapanngan pekerjaan, pada tanggal 28 Desember 1945 di gedung seni seno Jogyakarta diadakan kongres muslimin Indonesia II setelah kemerdekaan, dihadiri 129 organisasi. Dan salah satu keputusan kongres menyatakan bahwa HMI sebagai organisasi Mahasiswa Islam. Lembar-lembar baru telah terbuka dengan keeksistensian HMI ditenga umat bangsa Indonesia. Rupanya persatuan dan kesatuan ini tidak berumur panjang, karena praktek politik yang dedaken dikalangan umat Islam sendiri yang pada akhirnya Masyumi pecah. Tanggal 30 November 1947 PERTI memproklamirkan diri sebagai partai Tanggal 17 Juli PSII kembali berdiri sebagai partai Tanggal 06 April 1947 NU memproklamirkan diri sebagai partai Akhirnya Masyumi pun berdiri sendiri sebagai partai Dampak dari kejadian ini mengovakan keutuhan perjanjian seni seno maka tumbulah Organisasi pelajar, Mahasiswa dan keguruan untuk kepentiangan-kepentingan partai tersebut. Fase Pertumbuhan dan Perkembangan HMI 1950-1963 Adapun tahapan-tahapan pertumbuhan HMI secara garis besarnya adalah; Pembentukan cabang baru Mimindahkan PB HMI dari Yokyakarta ke Jakarta Menentukan atribut-atribut HMI Menetapkan nilai Dasar Perjuangan NDP HMI Pembentukan BAKDO Badan Koordinasi HMI tingkat promosi Pembentukan lembaga-lembaga HMI Adapun yang bersifat umum antara lain meliputi; Pendayagunaan PPMI Penegasan Idependen HMI Mendesak emerinta agar mengeluarkan UU Perguruan Tinggi Mendesak pemerintah agar pelajaran Agama diajarkan sejak SD sampaiPerguruan Tinggi Secara terinci dapat dilihat pada buku “Sejarah Perjuangan HMI” karangan Drs. Agus Salim Sitompul, pada bab V, hal 98 Fase Tantangan1964-1965 Sejak HMI melalui korps mahasiswa turut mengganyang PKI pada peristiwa Madiun 1948, dendam kusumat PKI sebagai front HMI tak kunjung padam. Karena itu ia memandang HMI sebagai Front islam terkuat sesudah Masyumi dan GPII. Maka dihembus-hembuskanlah niat jeleknya, baik melalui kaki tangan PKI maupun organisasi lain yang ia peralat untuk secepatnya menuntut pembubaran HMI. Namun Soekarno sebagai presiden RI mengatakn “Go Ahead HMI”, kenyataan akhirnya menunjukkan PKI-lah yang justru dilarang di Indonesia setelah peristwa 30 September. Fase Kebangkitan HMI sebagai pelopor orde baru dan angkatan 66’1966-1967 Penumpasan PKI merupakan suatu momentum yang menguak fase baru memasuki perjuangan menuntut tegaknya keadilan dan kebenaran serta perbaikan ekonomi rakyat PPMI yang sudah ditunggangi PKI tidak bisa banyak bisa diharapkan untuk menyuarakan keinginan mahasiswa pada saat itu yang akhirnya bubar, atas prakarsa ketua PB HMI Mar’ie Muhammad, pada tanggal 23 oktober 1965 untuk mendirikan KAMI yang dikenal dengan TRITURANYA-nya. Setelah KAMI dibubarkan pada tanggal 27 Februar 1960 muncul KAPPI yang didirikan pada tanggal 27 Februari 1966 berperan sebagai penerus KAMI yang dipimpin oleh Husni Tamri ketua PII Tanggal 4 maret 1966 didirikanlah lasykar Arif Rahman Hakim dengan komandannya Fahmi Idris ketua HMI Jaya Fase Pembangunan Nasional 1969-sekarang Lahirnya babak baru dalam perjuangan bangsa Indonesia yakni Orde Baru, maka menuntut seluruh lapisan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Semakin kompleksnya masalah pembangunan, baik sebagai akibat peningkatan harapan masyarakat terhadap kehidupan yang lebih baik maupun dampak negatif dari pilihan strategis dan pelaksanaan pembangunan mengharuskan kita untuk senantiasa berfikir kreatif terhadap masalah –masalah pembangunan maupun kemasyarakatan sehingga dapat melahirkan sikap bangsa terhadap pentingnya kualitas sumber daya manusia. Sebagai organisasi kader, maka HMI dituntut untuk tanggap terhadap kecenderungan-kecenderungan ini, supaya HMI dapat berperaan Aktif dalam setiap pembangunan dan perkembangannya. Untuk itu tidaklah mengherankan jika HMI memberikan masukan yang berarti pada masa pembangunan ini diantaranya yaitu, menyatakan pernyataan PB HMI tentang lembaga kepresidenan dan lembaga UUD1945 yang isinya menyatakan dukungan HMI kepada Sidang Umum MPR untuk menetapkan Jenderal Soeharto untuk menjadi Presiden dan tidak mengubah UUD 1945, karena saat ada usaha untuk mengubah UUD sehingga menggoyahkan kepemimpinan Nasional. Di bidang pembinaan dan pembaharuan Umat, HMI memberikan masukan terhadap metode dakwah islam 1972, disamping itu juga memberikan masukan yang berarti mengenai undang-undang perkawinan 20 tahun untuk wanita dan 25 tahun untuk pria. Di bidang kepemudaan HMI bersama-sama organisasi yang lain membentuk kelompok CipayungHMI,PMII,GMNI,GMKI,dan PMKRIsebagai wadah untuk menampung aspirasi pemuda sekaligus merupakan proses mendinamisasi kretifitas pemuda. Kelompok ini di bentuk tahun 1972. elain itu secara perorangan banyak alumni HMI yang duduk dipemerintahan, swasta, organisasi dan sebagainya. Dewan bidang kealian masing-masing untuk memberikan darma baktinya dan sumbangsihnya bagi pembangunan dan mengisi kemerdekaan RI.
Iumx21. 342 385 227 252 386 230 339 319 149

fase fase perjuangan hmi